Tabu Makanan

Adakah Pengaruhnya pada Status Gizi Ibu Hamil?

Neng, tong emam jengkol nya, bisi pas babar getihna bau.”

Kata seorang Nenek sambil mengelus perut besarku yang saat itu sedang hamil delapan bulan. Dalam bahasa Sunda, beliau mengingatkan saya untuk tidak memakan jengkol karena dipercaya akan membuat darah saya bau saat melahirkan. Hehe, saya hanya mengangguk saja sambil tersenyum. Tentu saya tak akan memakan jengkol, karena saya memang tidak suka jengkol. Disamping itu, maksud nenek ini baik, karena walaupun jengkol mengandung banyak manfaat, tetapi mengonsumsinya saat hamil memang tidak boleh berlebihan.

Ada pula seorang teman berkata “Kata Mamaku, kalo lagi hamil jangan makan telur, nanti susah loh ngelahirinnya.”

Agak berat bagi saya untuk menurutinya.  Telur itu makanan favorit saya, lagi pula telur adalah sumber protein yang murah dan mudah dicari. Tidak makan telur selama sembilan bulan gimana rasanya ya? Minimal bayangkan saja makan mie rebus tanpa telur! Duh, pasti kurang mantap. *Eh, kok hamil makan mie rebus sih?? Kan ga sehat!! (Etdah salah lagi).

Nah, Bun, saat hamil adakah yang pernah mendapatkan pengalaman serupa? tidak boleh makan ini, tidak boleh makan itu. Tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Jika ada, kita sama ya Bun. Baik saran dari si nenek maupun saran dari teman saya, termasuk dalam kategori food taboo atau tabu makanan.

Namun, apakah tabu makanan mempengaruhi kesehatan dan aspek kecukupan gizi ibu hamil?

Pentingnya 1000 HPK

Periode kehamilan merupakan salah satu periode paling penting dalam siklus kehidupan manusia. Mengapa penting? Karena kehamilan merupakan tahap awal dari periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Artinya, 1000 hari antara awal kehamilan sampai ulang tahun kedua anak merupakan periode emas yang akan menentukan kesehatan, kecerdasan dan masa depan anak. Apakah nantinya si anak akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan ceria…semua itu tergantung di periode 1000 HPK.

Pada dasarnya di 1000 Hari Pertama Kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung sangat pesat. Saat di dalam kandungan saja berat badan janin meroket dengan cepatnya dalam hitungan bulan. Pada masa kehamilan pula, dasar-dasar perkembangan anak sudah terbentuk. Cetak biru otak pada anak misalnya, terbentuk pada usia tiga bulan pertama kehamilan.

Dalam booklet kemenkes yang berjudul “Keluarga Sehat Idamanku, Kota Sehat Kotaku”, kurang gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, status gizi dan kesehatan ibu hamil harus dioptimalkan demi terpenuhinya nutrisi di 1000 Hari Pertama Kehidupan, karena nutrisi yang didapat di periode ini memberi dampak besar pada kemampuan anak untuk bertumbuh, belajar dan berpikir.

Namun pada periode kehamilan, sering kali ibu hamil dihadapkan pada berbagai masalah kesehatan. Di Indonesia sendiri, masalah kesehatan yang sering menghantui ibu hamil adalah risiko Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia.  Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi risiko KEK pada ibu hamil di Indonesia sebesar 17,3% dan anemia sebesar 48,9%, walaupun menurun dari persentase tahun-tahun sebelumnya, namun kondisi ini tetap harus diperhatikan secara serius. Kondisi KEK adalah faktor risiko terjadinya anemia pada ibu hamil, dan anemia berisiko pada berat bayi lahir rendah (BBLR) yang pada akhirnya semua bermuara pada kasus stunting (situasi balita pendek).

Kurang Energi Kronis

Anemia

Bayi Berat Badan Rendah

Stunting

Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, disebutkan bahwa pola/kebiasaan makan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya KEK pada ibu hamil, termasuk kebiasaan pantangan makan.

Dari Sabang sampai Merauke, ada lebih dari 1.128 suku dan budaya yang tersebar di Indonesia. Dimana dari masing-masing budaya tersebut memiliki konsep “pantangan” dan nilai tertentu tentang apa-apa yang boleh, dan tidak boleh dimakan. Pantangan ini kita kenal dengan sebutan food taboo atau tabu makanan. Tabu makanan inilah yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan masyarakat di suatu daerah.

Apa sih Tabu Makanan?

Bapak Psikoanalisis, Sigmund Freud berpendapat bahwa tabu berasal dari bahasa Polinesia ‘tapu’ yang berarti pantangan, larangan (prohibition) atau batasan (restriction). Banyak istilah yang digunakan pada masyarakat untuk merujuk pada makna atau definisi yang sama dengan istilah tabu, seperti tapu atau taboo dalam bahasa Polinesia, ayos dalam bahasa Yunani, pamali dalam bahasa Sunda, dan barangkali masih banyak istilah lain yang digunakan di berbagai daerah.

Tabu makanan adalah suatu larangan dalam mengonsumsi makanan tertentu, yang secara magis dipercaya dapat melindungi janin dan ibu hamil dari bahaya makanan yang dikonsumsi, tetapi tanpa adanya tinjauan lebih lanjut dari sisi kesehatan. Hal ini menyebabkan adanya kesimpulan yang salah di masyarakat. Padahal, tabu makanan pada Ibu hamil dapat meningkatkan risiko kekurangan asupan zat gizi, karena adanya pembatasan makanan tertentu yang tak boleh dikonsumsi. Persepsi budaya ini berhasil membuat sebagian masyarakat di daerah tertentu percaya bahwa (misalnya) ibu hamil yang mengonsumsi air kelapa akan membuat bayinya influenza di dalam rahim dan terlahir besar. Atau tabu makanan terhadap telur, dimana akan menyebabkan bayi terlahir lemah, bisulan, ketuban  menjadi  tebal seperti cangkang telur sehingga bayi sulit keluar pada saat melahirkan.

Meski zaman sudah modern-di mana manusia-manusianya sudah mulai berpikir kritis, tetapi sampai saat ini tabu makanan masih menjadi mitos yang dipercaya kebenarannya. Budaya angguk dan rasa “gak enakan” terhadap yang dituakan, membuat masyarakat kita mewariskan budaya pantang-pantangan makanan, meski faktanya makanan itu baik untuk dikonsumsi saat hamil.

Untuk mengetahui masih ada tidaknya ‘tabu makanan saat hamil’ di masyarakat, saya bertanya melalui question box kepada teman-teman di Instagram , dan berikut jawaban mereka.

Dari jawaban-jawaban yang didapat, tabu makanan saat hamil memang still exist, tetapi pada akhirnya semua kembali pada pribadi masing. Dan berikut merupakan beberapa tabu makanan ibu hamil di Indonesia berdasarkan jurnal penelitian yang saya temukan. (sumber dicantumkan).

Infografis di atas hanyalah secuil dari banyaknya praktik sosial budaya, khususnya tabu makanan yang diwariskan oleh para leluhur secara turun-temurun. Tak hanya di Indonesia saja, namun juga di beberapa negara di dunia seperti Cina dan India. Padahal faktanya, beberapa tabu makanan di atas memiliki kandungan gizi yang juga bermanfaat jika dikonsumsi oleh ibu hamil. Berikut penjelasannya dalam infografis. (Bagi pengguna handphone: Zoom in/pinch out gambar di bawah ini untuk melihat tulisan lebih jelas)

Sejalan dengan pendapat Food Agriculture Organization, yakni makanan hewani merupakan jenis makanan yang paling banyak dipantangkan di dunia. Hasil penelitian beberapa jurnal pun menunjukkan bahwa makanan yang paling banyak dipantang untuk dikonsumsi ibu hamil di Indonesia adalah kelompok makanan lauk hewani.  Kelompok makanan hewani tersebut adalah belut, cumi-cumi, gurita, sotong, ikan bobara, ikan gabus, ikan cakalang, ikan laut, ikan lele, ikan pari, kepiting, kerang, daging kambing, telur, udang, dll.

Ditinjau dari aspek gizi, lauk pauk hewani sesungguhnya sangat dianjurkan untuk ibu hamil. Selama periode kehamilan, kebutuhan protein meningkat hingga 20 g per hari untuk pertumbuhan janin dan untuk menjaga kesehatan ibu. Selain itu, lauk pauk hewani juga memiliki kandungan zat besi yang tinggi dalam bentuk heme. Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat karena digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru (PGS, Kemenkes).

Kebanyakan lauk pauk hewani yang dipantang untuk ibu hamil adalah berjenis ikan-ikanan. Pantangan tersebut tentu akan merugikan ibu hamil, karena jika ditinjau dari segi gizi dan kesehatan, makanan jenis ikan-ikanan merupakan cadangan energi yang tinggi akan protein, asam lemak tak jenuh seperti omega-3, mineral, dan komponen bioaktif lainnya yang tentu saja sangat baik untuk perkembangan otak janin. Sedangkan telur merupakan salah satu bahan makanan produk ternak unggas yang paling komplit. Telur mengandung protein sebesar 12,90 g/100 g, asam oleat, zat besi, fosfor, vitamin A, D, E, K, dan vitamin B12 yang semua itu sangat penting bagi ibu hamil. Lagi pula, telur adalah sumber protein hewani yang paling mudah ditemukan. Oleh karena itu, menjadikan telur sebagai makanan yang ditabukan sungguh harus dikaji lebih lanjut.

Begitupun dengan berbagai buah dan sayuran yang dipantang, seperti jantung pisang, kol, kubis, mentimun, terong, pisang, pepaya, salak dll. merupakan sumber vitamin, mineral dan asupan serat yang dibutuhkan agar ibu hamil terhindar dari sembelit. Namun memang ada pula jenis buah dan sayuran yang ditabukan masyarakat dan terbukti tidak baik untuk dikonsumsi ibu hamil (jika berlebihan), seperti jengkol, durian, dan nanas.

Saya pribadi memiliki pegalaman dengan tabu makanan atau pamali selama hamil. Selain dipantang makan jengkol, saya pun dilarang memakan buah nanas. Di sinilah perlunya ibu hamil untuk mencari tahu lebih banyak lagi mengenai “mengapa makanan tersebut ditabukan, apa risiskonya” Hal tersebut bisa ditanyakan langsung kepada dokter, atau simply browsing media yang kredibel dan terpercaya. Menurut saran dokter yang menangani saya, nanas sebaiknya tidak dikonsumsi secara berlebihan pada saat hamil, cukup beberapa potong saja. Namun saat menjelang HPL (Hari Perkiraan Lahir) yakni di usia kandungan 36 bulan ke atas, dokter dan bidan malah justru menyarankan saya untuk mengonsumsi nanas secara rutin. Hal tersebut sejalan dengan artikel yang diterbitkan oleh Situs parenting terbaik di Indonesia, yakni https://id.theasianparent.com  yang berjudul “Makan Nanas Saat Hamil, Apakah Risikonya Untuk Kesehatan Janin?”, berikut tautannya: https://id.theasianparent.com/makan-nanas-saat-hamil

Di sana disebutkan bahwa nanas mengandung bromelain yang dapat memecah protein dalam tubuh dan menyebabkan pendarahan secara abnormal. Namun, bromelain dalam satu porsi nanas tidak akan mempengaruhi kehamilan. Untuk mendapat efek yang sama dengan tablet yang mengandung bromielin, ibu hamil harus mengkonsumi 7 hingga 10 butir nanas segar sekaligus. Jadi, nanas tetap aman dikonsumsi oleh ibu hamil jika dikonsumsi dalam porsi yang sedikit. Nanas  sendiri justru bermanfaat bagi ibu hamil karena mengandung Vitamin C, Folat, Zat Besi, magnesium dan Vitamin B6 yang baik untuk ibu hamil dan perkembangan janinnya. Yang akan membahayakan adalah jika nanas dikonsumsi secara berlebihan.

Catatan Akhir

Semua kembali pada bagaimana cara kita menyikapinya, termasuk menyikapi dan menghormati tabu makanan sebagai praktik budaya masyarakat di sekitar kita. Namun sebagai kaum milenial yang saat ini terbuka dengan segala macam informasi, dan tentu saja dimudahkan dengan fasilitas pencariannya, sudah seharusnya tidak menelan mentah-mentah informasi yang ada. Cari tahu dulu kebenarannya, kaji lebih lanjut, dan tanyakan pada ahlinya!

Tabu Makanan sebagai bagian dari keberagaman praktik kebudayaan merupakan suatu hal yang perlu dikaji lebih lanjut. Pemerintah harus mengambil peran untuk meluruskan apakah informasi  yang sudah turun-temurun di masyarakat ini termasuk fakta atau mitos. Hal ini penting karena risiko defisiensi zat gizi akan semakin parah dan berdampak tak hanya pada ibu hamil tetapi juga pada bayi yang akan dilahirkan.

Untuk itu, perlu adanya edukasi terutama bagi ibu hamil untuk mulai memakan sumber pangan bergizi tanpa menabukan makanan, terutama jika pangan yang ditabukan merupakan sumber zat gizi tinggi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan. Hal ini merupakan upaya kita untuk memperbaiki gizi di 1000 hari pertama kehidupan.

Nah, Bun, mulai saat ini perbanyak lagi yuk pengetahuan kita tentang gizi apa saja yang harus terpenuhi selama hamil. Tentu saja melalui media atau sumber yang kredibel dan dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya ya.

Selamat menanti lahirnya si kecil..dan semoga sehat selalu!!

Sumber:
https://id.theasianparent.com

Makan Nanas Saat Hamil, Apa Saja yang Perlu Diperhatikan?

15 Manfaat Ikan Lele untuk Ibu Hamil, Baik Bagi Pertumbuhan Janin

http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf

https://www.keluargaindonesia.id/infografik/1000-hpk-pondasi-penting-kehidupan-manusia-di-masa-depan

Kemenkes.   (2014). Pedoman   Gizi   Seimbang. PGS. Jakarta:   Kementerian   Kesehatan   Republik Indonesia.

Jurnal Nutrition Aspects and Symbolic Meaning of Food Taboos on Pregnant Women in Indonesia” by Bibi Ahmad Chahyanto & Arnati Wulansari

FAO.Human  nutrition  in  developing  world. Food   Agriculture   Organization. Retrieved from http://www.fao.org/docrep/W0073E/W0073E00.htm

Jurnal “Kebiasaan Makan Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Poli Kebidanan RSIA Lestari Cirendeu Tangerang Selatan” Oleh Deuis Nurul Hasanah,Febrianti,Minsarnawati Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

 

Infografis oleh Indah Riadiani

Foto by freepik, koleksi pribadi, theasianparent.com, RISKESDAS 2018