Hampir Celaka di Puncak Geugeur

Insto Dry Eyes Selamatkan Perjalananku

“Jangan jatuh… jangan jatuh…” bisikku sambil menutup mata, berusaha menstabilkan tubuh yang hampir limbung.

Angin menggerakkan pucuk-pucuk pohon. Suara gesekan dedaunan jadi satu-satunya yang terdengar saat aku menghentikan langkah.

Wooshh…tiba-tiba angin kencang menampar wajah. Mata mulai terasa panas, perih, dan sulit dibuka. Tangan kanan mencoba meraih akar pohon, tangan kiri menekan kedua mata. Pandanganku kabur saat itu.

 

Aku berdiri di tepi jalur sempit, hanya beberapa jengkal dari bibir jurang yang menganga. Kakiku kaku. Mataku semakin perih terkena keringat. 

Itulah pertama kalinya aku benar-benar takut, bukan pada tanjakan atau hutan lebat, tapi pada mata kering yang selama ini kuanggap sepele. Sejak hari itu, aku sadar, aku bisa celaka karena menyepelekan satu hal, mata.

Perjalanan Menuju Puncak Geugeur

Perjalanan kali ini membawa kami ke Geugeur, sebuah bukit hijau yang tersembunyi di kawasan Sentul, Bogor. Dari rumah, kami butuh waktu sekitar satu jam naik motor. Motor memang jadi andalan keluarga kami karena lebih fleksibel, irit, dan bisa masuk ke jalan-jalan kecil yang sulit dilewati mobil.

Hari itu matahari lumayan terik, tapi untungnya angin tetap sejuk. Aku, suami, dan anak-anak lengkap memakai helm, tapi lupa membawa kacamata pelindung. Alhasil, mata rasanya tidak nyaman karena terkena debu dan angin terus-menerus. Apalagi waktu itu adalah libur panjang. Macetnya Sentul bikin Istigfar sepanjang jalan.

Kami parkir motor di Bukit Macan, titik awal menuju Geugeur. Bukit Macan ini tandus sekali, tanahnya merah dan kering. Begitu angin kencang berhembus, debu langsung beterbangan dan menyerang mata. Sejak di situ rasanya mata semakin perih. Tapi karena sudah jauh-jauh datang, aku tetap nekat melanjutkan perjalanan.

Kami mulai menapaki jalan setapak yang melewati kandang sapi, kebun singkong warga, dan sebuah jembatan bambu kecil. Di bawahnya ada sungai dengan air yang super jernih. Kami sempat main air sebentar dan membasuh muka, berharap mata bisa sedikit lebih segar. Sayangnya, tidak banyak perubahan.

 

 

Jembatan kecil

 

 

Main air di sungai

 

 

Mulai mendaki

Perjalanan pun kami lanjutkan ke arah pos satu. Tapi ternyata… kami salah jalan! jeng-jeng-jeng!

Harusnya lurus, eh kami malah belok kanan dan masuk ke jalur yang sepertinya hanya dipakai oleh para pemilik kebun di area bukit. Jalurnya sempit, penuh batu, dan kemiringannya hampir 50 derajat. Tenaga lumayan terkuras karena sambil naik, aku pun harus memastikan anak-anak tetap aman.

Tapi kalau ditanya seru atau tidak? Jawabannya: seruuuuuu! Anak-anak juga semangatnya luar biasa, mereka larut dalam euforia petualangan dan rasa ingin tahu yang menggebu.

Hiking dan jelajah alam seperti ini memang tidak hanya seru, tapi juga banyak manfaatnya terutama untuk anak-anak. Mereka bisa belajar langsung dari alam: memperhatikan bentuk-bentuk daun, mendengar suara burung liar, melatih daya juang, dan banyak hal yang tidak akan mereka dapat dari layar HP. Kami sekeluarga juga jadi bisa saling bantu, ngobrol, dan terhubung lebih dalam tanpa gangguan teknologi. Selain membuat badan lebih sehat, kegiatan seperti ini juga bikin hati adem, hubungan makin erat, dan tumbuh rasa syukur atas keindahan ciptaan Allah.

Begitu mendekati puncak, angin mulai bertiup lebih kencang dan langsung menghantam wajah. Mataku semakin perih. Baru sadar, sejak dari parkiran aku sudah sering mengucek mata. Rasanya seperti ada pasir halus nyelip dan membuat mata terasa kering. Setiap aku paksa buka mata, pandangan malah semakin kabur.

Aku akhirnya berhenti, diam di tempat. Suami dan anak-anak sudah sampai lebih dulu di atas. Sementara aku tertinggal cukup jauh, berdiri mematung sambil pegangan akar pohon agar tidak jatuh di jalur yang licin dan miring.

Untungnya suamiku sadar ada yang tidak beres. Dia langsung turun dan menghampiri, lalu menuntunku ke tempat yang lebih landai. Tak lama dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, dan bilang, “Tetesin ini deh!” Ternyata Insto Dry Eyes. Aku pun menurut, dan mulai meneteskannya ke mata.

Alhamdulillah, setelah meneteskan Insto Dry Eyes, mata langsung terasa jauh lebih nyaman. Yang tadinya kering dan seperti ada pasir nyelip, tiba-tiba jadi ringan, segar, dan pandangan pun mulai jernih lagi. Baru deh saat itu aku bisa melihat dengan jelas pemandangan di atas sana: hamparan bukit hijau yang MasyaAllah… indah banget.

Aku langsung berpikir, oh selama naik tadi, gara-gara mata kering, ternyata aku banyak melewatkan pemandangan cantik di sepanjang jalan. Ternyata ya, kejernihan penglihatan itu ngaruh banget sama pengalaman selama perjalanan.

Bersyukur Insto Dry Eyes jadi penyelamatku di momen genting. Kerjanya cepat mengatasi mata kering, bahkan dalam kondisi ekstrem sekalipun. Ternyata solusi untuk mata kering itu simple. Cukup bawa Insto Dry Eyes di saku, dan perjalanan pun kembali nyaman.

Mata, Organ Super Kompleks yang Sering Diabaikan

Berdasarkan studi dari American Academy of Ophthalmology dan Johns Hopkins Medicine, mata adalah organ paling kompleks kedua setelah otak. Mata terhubung dengan sekitar satu juta serabut saraf optik dan bisa memproses jutaan informasi visual dalam satu waktu. Dalam sekali kedipan saja, ada begitu banyak proses yang terjadi: cahaya masuk, dipantulkan, difokuskan oleh lensa, diterjemahkan oleh retina, lalu dikirim ke otak melalui jalur saraf optik. Semua itu berlangsung dalam waktu kurang dari satu detik. Luar biasa, kan?! Sistem kerja mata ini bahkan lebih canggih dibanding kamera mana pun yang pernah dibuat manusia.

Tapi secanggih apa pun organ ini, tetap bisa mengalami kerusakan jika tidak dijaga. Mata memang punya sistem perlindungan alami berupa lapisan air mata yang menjaga kelembapan dan kejernihannya. Tapi saat tubuh kekurangan cairan, terlalu lama terpapar sinar matahari, terkena debu, atau dihantam angin kencang-seperti yang sering aku alami saat naik motor atau hiking ke bukit-produksi air mata bisa terganggu. Akibatnya? Mata jadi kering, terasa seperti ada pasir halus, perih, dan cepat lelah. Gejala-gejala yang dulu sering aku anggap sepele, padahal bisa sangat mengganggu, terutama di kondisi ekstrem.

Dari pengalaman itu, aku makin sadar bahwa menjaga mata yang sehat bukan cuma soal kenyamanan saat melihat. Tapi ini juga tentang rasa syukur, bagaimana kita menjaga anugerah luar biasa dari Allah, jendela utama untuk menikmati keindahan dunia. Sayangnya, kita baru memperhatikan kesehatan mata saat mulai muncul gejala yang mengganggu. Tanda-tandanya seperti apa? Yuk, simak infografis berikut1

Sumber: https://www.insto.co.id

Mata kering jika dibiarkan tanpa penanganan, bisa menyebabkan kerusakan serius pada permukaan mata. Jakarta Eye Center (JEC) menyebutkan bahwa mata kering yang tidak ditangani dapat memicu peradangan, infeksi, bahkan luka atau kerusakan permanen di kornea. Serem!!

juta orang di seluruh dunia mengalami gejala mata kering.

Persen, Kenaikan angka pasien mata kering setiap tahunnya

Persen, orang di atas 65 tahun mengalami penurunan produksi air mata

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup modern, gangguan mata kering atau dry eye syndrome makin sering dialami oleh banyak orang. Data terbaru menyebutkan bahwa sekitar 344 juta orang di seluruh dunia mengalami gejala mata kering (The Ocular Surface, 2023). Di Indonesia sendiri, JEC mencatat bahwa jumlah pasien dengan keluhan serupa meningkat hingga 62% setiap tahunnya. Ini sih angka yang cukup mencengangkan.

Biasanya, pasien yang datang ke klinik mata mengeluhkan sensasi yang sering dianggap remeh: sepet, perih, lelah (alias SePeLe). Mata terasa seperti berpasir, mudah lelah, hingga gangguan penglihatan yang bikin aktivitas harian terasa tidak nyaman.

Kondisi ini juga erat kaitannya dengan usia. Sekitar 75% orang di atas 65 tahun mengalami penurunan produksi air mata secara signifikan, sehingga mata jadi lebih rentan kering dan teriritasi. Faktor lain seperti penuaan, penggunaan gadget berlebihan, paparan sinar matahari, udara ber-AC, hingga lingkungan berdebu juga ikut memperparah kondisi ini.

Itulah mengapa penting untuk mulai peduli terhadap kesehatan mata. Mulai dari mengatur durasi penggunaan layar, memberi waktu istirahat untuk mata, hingga menggunakan tetes mata yang tepat dan terpercaya.

Buat kamu yang sering beraktivitas di luar ruangan, berkendara motor, hiking, atau bekerja di depan layar seharian-yuk mulai aware dengan gejala mata kering sedini mungkin! Jangan tunggu sampai penglihatan terganggu atau perjalanan jadi kurang nyaman. Cukup dengan langkah sederhana seperti rutin meneteskan Insto Dry Eyes, kamu bisa menjaga kesehatan mata dan mencegah risiko yang lebih serius. 

Kenapa Harus Insto Dry Eyes?

Setelah paham tentang pentingnya menjaga kelembapan mata, aku sadar butuh solusi yang praktis dan gampang dibawa ke mana-mana. Apalagi untuk orang yang sering naik motor atau jalan-jalan ke alam terbuka seperti aku. Angin, debu, dan sinar matahari bisa membuat mata cepat kering dan mengganggu. Insto Dry Eyes jadi andalan karena memang dirancang khusus untuk bantu atasi mata kering.

Tetes mata ini mengandung Hydroxypropyl Methylcellulose, zat pelumas yang bisa menggantikan air mata alami yang hilang karena berbagai hal, mulai dari AC, angin kencang, paparan sinar matahari, sampai terlalu lama melihat layar. Begitu diteteskan, langsung terasa “nyess” di mata. Rasa perih, sepet, panas, sampai pandangan buram bisa reda dalam hitungan detik.

Yang membuat semakin yakin, Insto Dry Eyes tentu sudah teruji klinis, terdaftar BPOM, dan pastinya aman untuk digunakan setiap hari. Ukurannya juga pas untuk dibawa ke mana-mana. Masuk saku jaket saat naik gunung? Bisa. Masuk pouch kecil di tas? Apalagi.

Sekarang Insto Dry Eyes juga hadir dengan kemasan baru berwarna biru cerah, kelihatan lebih segar dan modern dibanding desain sebelumnya yang dominan hijau. Walau tampilannya berubah, isinya tetap sama ko, tetap efektif bantu jaga kelembapan mata di berbagai situasi.

Jadi sekarang, kalau mata mulai terasa kering, aku tidak panik lagi. Tinggal istirahat sebentar, teteskan Insto, dan lanjut lagi aktivitas. Buatku, Insto Dry Eyes bukan cuma tetes mata, tapi partner kecil yang siap sedia menemani di setiap perjalanan.

Insto Dry Eyes New Packaging

Memetik Pelajaran

Setelah istirahat sejenak dan meneteskan Insto Dry Eyes, aku kembali melanjutkan perjalanan ke puncak. Naiknya lebih pelan, lebih hati-hati, dan tidak memaksakan diri. Sambil naik, aku menikmati hijaunya pepohonan dan udara segar yang menenangkan. Sampai di puncak Geugeur, kami disambut langit cerah dan semilir angin yang sejuk. Anak-anak langsung bersorak saat melihat Gunung Salak berdiri megah di depan mata.

Kami duduk santai memandangi perbukitan sambil menikmati es cingcau dan gorengan hangat. Anak-anak mulai melemparkan pertanyaan seru…tentang jenis pohon, suara burung, sampai bentuk awan. Dan saat itu, dengan mata yang sudah segar kembali, aku bisa menjawab sambil ikut menikmati momen itu dengan penuh syukur.

Hari itu jadi salah satu perjalanan yang paling membekas. Hari ketika aku khawatir dengan kondisi mataku, tapi untungnya bisa terselamatkan. Sejak saat itu, aku tak lagi menganggap remeh soal kesehatan mata, terutama saat sedang menjelajah alam.

Buatku, perjalanan ke Puncak Geugeur bukan cuma soal berhasil sampai atau tidak sampai. Tapi soal bagaimana kami bisa menikmati setiap langkahnya tanpa gangguan mata kering.

“Mata ibu kering? Jangan SePeLein dong! Tetesin Insto Dry Eyes aja!” celetuk anakku sambil tertawa. Kami pun tertawa bersama.

Sekarang, Insto Dry Eyes selalu ada di saku celanaku setiap kali bepergian. Tetes mata ini jadi penyelamat yang tidak pernah ketinggalan. 

Aku tidak mau lagi kehilangan momen seru hanya karena mata terasa perih atau pandangan mendadak kabur. Dengan mata yang tetap lembap dan segar, setiap petualangan bisa dinikmati tanpa gangguan dan tanpa rasa khawatir.

Buat para petualang, ibu aktif, atau siapa pun yang sibuk dengan aktivitas harian, #MataKeringJanganSepelein. Bawa selalu #InstoDryEyes sebagai solusi simpel yang bisa diandalkan kapan pun, di mana pun.

Kalau Kamu? Pernah mengalami mata kering saat di luar ruangan atau habis aktivitas panjang?
Atau punya cerita traveling sambil bawa Insto?
Share, yuk! Siapa tahu bisa saling belajar dari pengalaman kita!

Referensi tulisan:

Jakarta Eye Center (JEC). Mata Kering. Diakses dari jec.co.id

Johns Hopkins Medicine. The Anatomy of the Eye. Diakses dari https://www.hopkinsmedicine.org

American Academy of Ophthalmology. Dry Eye Syndrome. Diakses dari aao.org

Insto. Insto Dry Eyes – Tetes Mata untuk Mata Kering. Diakses dari insto.co.id

The Ocular Surface. Global Prevalence of Dry Eye Disease (DED). Diakses dari theocularsurfacejournal.com

National Eye Institute. Facts About Dry Eye. Diakses dari nei.nih.gov

TFOS DEWS II Report. Dry Eye Workshop II: Definition and Classification Report. Diakses dari https://doi.org/10.1016/j.jtos.2017.05.008

Dokumentasi pribadi penulis

Infografis oleh penulis